Saturday, August 20, 2011

Saat Senja Bergumam Murung

Senja kini berubah menjadi malam pekat tersendat di dalam gelap.Apakah ada sesuatu rasa yang terkonsep dalam pikiran,yang mampu meninggalkan kegelisahan rasa?
Nampaknya tidak ada.Rasanya semuanya menjadi bergumam, hanya bergumam dan menciut seiring dengan sebuah nyaliku.
Tidak pernah kujumpai senja yang seperti ini, dalam kepanikan dan gelisah yang mendesah basah di setiap nafas, terkadang aku bangun dengan menjumpai sebuah kebasahan di tempat tidurku,membuat kedua bola mataku menjadi marah dan merah ..
Mungkin kalu bertanya pada kedua bola mataku mereka akan bergumam murung, kenapa setiap kali harus mengeluarkan kepedihan dan keperihan sat teringat akan peristiwa senja di hidupku?kenapa setiap senja itu datang melayang-layang di atas kesadaranku bola mata ini harus menanggung sakit dan perih dan marah?

Terkadang ingin menyalahkan senja yang sempat mampir masuk di hariku,dan mengatakan "buat apa kamu datang hadir dan menghiasi senja sore hatiku dengan sepotong merah muda?kalau hari ini aku harus menggunting merah mudaku untuk kemudian masuk dalam suatu senja yang bergumam murung?Kini datang saatnya tubuhku melemah dan lemah, marah dan gerah karena sepotong merah muda di senja sore ku."

Karena hanya bergumam dan air muka yang murung yang kini terjadi dalam senja sore ku.Akankah aku atau sepotong merah muda ku bisa kembali datang?yah suatu saat ada sepotong merah muda yang akan menemani aku dan langkah kakiku, tanpa mempersoalkan dari keluarga bagaimana aku dilahirkan dan dari latar belakang bagaimana aku ada..
Karena sebuah merah muda yang tidak akan membuat senja soreku bergumam murung itu akan melepaskan rasa dan menghidupkan rasa baru dalam senja sore ku.

Tentang sepotong merah muda yang dahulu, mungkin hari ini aku masih membanjiri mataku karenamu, tapi suatu senja sore nanti, kebasahan itu diiringi dengan sebuah tawa di bibirku, bersama sepotong merah muda yang lain.



dari yang tersiakan untuk yang teracuhkan
senja berawan, 21 Agustus 2011

Followers