Thursday, August 28, 2014

hari menuju perubahan #1



"Tok tok tok, bangun sudah jam 03.30" terdengar ketukan dari arah luar. Dengan tergesa-gesa akupun bangun dan membukanya, ternyata salah satu teman kami yang menjalankan piket pagi sedang menjalankan tugasnya membangunkan kami di kamar mess. Kulihat 3 orang temanku masih lelap menikmati lelap malam dan rasa letih karena seharian kemarin harus berkegiatan berat di Akademi Angkatan Udara (AAU). Yah sudah satu malam kami lewati, kegiatan yang diawali jam 04.30 sampai 23.00 tentu membuat kami pemuda pemudi malas yang selalu bangun siang merasa sangat sulit menahan kantuk dan malas.
Sesegera mungkin aku membangunkan ketiga teman satu kamarku, kemudian aku mulai bersih diri di kamar mandi. Ketiga temanku bergantian untuk sholat subuh, aku yang tidak menjalankan biasanya akan mandi paling awal supaya mereka bisa wudhu.
Teriakan dari luar terdengar di pagi yang gelap itu, dimana langit masih menggantungkan bulan dan bintang-bintangnya.Kami harus segera berbaris, mengenakan kaos olahraga,celana training dan sepatu olahraga. Pagi jam 04.30 kami sudah berjajar rapi membentuk kompi masing-masing,dan siap berjalan menuju Gor yang terdapat kurang lebih 500m dari mess kami. Setiap langkah kami harus seragam,setiap nyanyian kami harus serentak. Dengan mata yang kantuk-kantuk kami berusaha menyesuaikan diri, mengikuti arahan dari pelatih untuk menjadi baik tentunya. Pelatih mulai memberikan arahan untuk melakukan stretching dilanjutkan dengan sikap push up dan sit up. Banyak dari kami yang mengeluh kesakitan setelah melakukannya, maklum kami sudah terlalu lama berada di tumpukan kasur kenyamanan.Setelah stretching kami pun diminta untuk berlari mengitari Gor sebanyak 2kali putaran untuk putri dan 4kali putaran untuk putra. Terdengar di ujung barisan suara batuk-batuk dari beberapa teman, ada yang memisahkan diri,ada yang berjalan, macam-macam. Memang kegiatana berlari kecil dengan tempo yang sama dan bernyanyi untuk penyemangat sama sekali belum pernah kami lakukan jika dirumah,hanya disini kami merasakan kebersamaan bukan hanya dari "bersama" dalam fisik namun bersama dalam gerak dan bersama dalam sepenanggungan. Selesai olahraga pagi,pelatih memberi arahan untuk melaksanakan bersih diri 5menit, kemudian jam 06.00 semua sudah berbaris rapi menuju tempat makan.
Mendengar kata makan, rasa mual,tidak enak,dan takut menghampiri beberapa dari kami, mengingat porsi kemarin malam yang membuat kami shock. Sebuah trauma kalau bisa dikatakan, karena malam itu kami melihat nasi yang segunung, dengan waktu 5 menit ompreng kami harus bersih. Pagi ini kembali lagi kami harus menghadapi ompreng, pagi-pagi dimana biasanya kami masih menarik selimut dan bermain di alam mimpi. Sungguh kami mulai merasakan cemas, dan takut bila nanti ompreng kami tidak habis. Tiba saatnya satu persatu dari kami masuk kedalam tenda yang sengaja dibuat untuk meletakkan ompreng yang sudah berisi nasi dan lauk di meja besar, kemudian di ujung sudah menunggu bapak-bapak juru masak yang membagikan sayur kuah dengan menggunakan gayung.Seperti di penjara rasanya, hak kami dibatasi,makan kami pun tidak boleh memilih, supaya semua sama rata. Seperti biasa,kami mulai berjalan setelah mendapat makan,dan duduk di meja-meja kosong, memenuhi setiap meja dari ujung belakang,sampai ujung depan. Sebelum makan, salah satu dari kami harus memimpin doa dan laporan kepada komandan bahwa kami siap melakukan makan pagi.Masih sangat melekat tata cara sebelum makan ompreng itu,tidak ada yang saling mendahului makan, dan kami juga harus selesai makan bersama. Setelah diistirahatkan, kami semua serentak menyahut "selamat makan!" Dan langsung menyerbu isi ompreng, melahapnya dengan satu kali kunyah kemudian langsung telan, terdengar omelan dari pelatih untuk teman-teman kami yang lamban, sambil menghitung menit demi menit pelatih membentak-bentak dan memarahi beberapa teman kami. Kami paling ingat,teman kami yang memiliki kesulitan untuk makan cepat dan banyak bernama Istiqomah, setiap harinya jadi bulan-bulannan pelatih setiap kali akan makan, kemudian teman kami Alaik yang memiliki sebutan "cungkring" dan "si lambung kecil" karena memang postur tubuhnya yang sangat kurus. Pelatih begitu keras mengajari kami supaya menghabiskan makanan,dan tidak menyia-nyiakannya,kalau ada yang tidak habis,teman satu meja harus bersama menghabiskan. Selama 2hari itu tak ku rasakan nikmatnya makan, yang ada hanya rasa begah dan sakit di perut.Memaksakan semua makanan porsi besar itu masuk,namun kami terus bertahan. Kami diingatkan akan sulitnya kami nanti di daerah penempatan untuk makan nasi.Di sini kami diberi makanan sehat dan harus disyukuri. Semua siswa yang ada di sini harus perbaikan gizi dan harus tambah berat badan karena kegiatan kami banyak sehingga membutuhkan asupan yang banyak. Memang benar kata pelatih, kalau kami makan hanya sedikit,mungkin kami sudah tumbang di tengah jalan disaat kami menjalani kegiatan.
Dari kegiatan rutin subuh sampai menjelang tengah malam di komplek AAU ini kami bisa menikmati banyak hal yang belum pernah atau jarang kami lihat dan rasakan. Hal yang peling sederhana adalah melihat matahari pagi di ufuk timur,yang perlahan membuka langit gelap memancarkan semburat warna jingga yang indah, kami jarang atau bahkan tidak pernah menikmati munculnya matahari pagi itu, yang kami tau biasanya matahari sudah berada tepat diatas kepala kami. Hal yang sederhana, namun kami bisa bersyukur masih diberi kesempatan melihat matahari pagi di Indonesia, di tanah ibu pertiwi ini, membawa kami menuju semangat menjalani serangkaian hari.

-kampung sebelah, 27Agustus 2014-
Catatan selagi ingat

Tuesday, August 26, 2014

Catatan kecil di 12 hari menuju perubahan besar

Sebuah pengalaman baru yang tidak akan pernah akan kami lupakan di dalam hati dan pikiran. Selasa, 14 Agustus 2014 kami calon-calon guru yang sudah siap dan ikhlas untuk mendidik di pelosok NKRI dalam program SM-3T atau Sarjana Mendidik di daerah 3T(terdepan,terluar,tertinggal) mulai berkumpul di rektorat UNY untuk mendapatkan pengarahan sebelum diberangkatkan ke AAU(Akademi Angkatan Udara) di bumi Maguwo Yogyakarta. Berbagai barang bawaan yang kami bawa untuk kebutuhan selama 2minggu telah kami persiapkan,beserta tas baru yang dibagikan oleh pihak SM-3T.
Jam 14.00 pengarahan selesai, kami semua diminta berjalan menuju bus khas AAU berwarna biru dongker. Rasa cemas,bercampur bahagia dan penasaran menggelayuti hati dan pikiran kami masing-masing. Selama 2minggu kedepan kami akan di gembleng dan dilatih untuk kuat dalam mental,fisik, dan semakin mencintai NKRI. Kami diminta membentuk barisan, dengan dibantu para ibu-ibu TNI AU yang terlihat cantik namun tegas, kami di panggil satu persatu untuk bergabung menjadi 6 kompi putri dan 3 kompi putra sesuai abjad. Sempat merasa takut karena ketegasan suara dan dibumbui sedikit bentakan-bentakan dari para pelatih. Sesekali kami terdiam dan saling pandang satu dengan yang lain,saling mengungkapkan kerisauan dan keraguan tanpa kata, menghadirkan pertanyaan besar "Akan diapakan kami disana?"
Tiba-tiba saja, seluruh semangat kami mulai jatuh disaat kami sudah sampai di dalam lokasi AAU dan menjalani serangkaian kegiatan yang merupakan sebagian dari shock terapi. Setiap kegiatan tidak boleh dilakukan dengan lamban, berlari,hargai waktu,hargai makanan sepertinya itulah yang paling melekat. Malam hari jam 18.00 kami makan malam yang pertama di sebuah barak bertenda warna hijau tentara dengan ratusan kursi dan meja yang masing-masing berisi 4-6 orang. Kami makan tidak menggunakan piring plastik atau piring keramik yang sering kami lakukan setiap hari, namun kali ini dengan benda yang disebut "Ompreng" yang merupakan tempat makan terbuat dari alumunium yang terdapat beberapa cekungan untuk menaruh nasi dan lauk pauk,kalau pernah sakit di rumah sakit pasti tau. Kami semua tertegun dan mulai mengeluarkan bunyi bisik2 "gila!nasi nya banyak banget!" Kemudian para pelatih mulai memberikan arahan untuk menghabiskan tanpa sisa.Kerap kali kami melihat teman2 kami tidak kuat menghabiskan makanan dalam ompreng mereka, dan setiap teman yang ada dalam satu meja harus bersama menghabiskan, itulah jiwa korsa. Sontak semua siswa mulai mengeluarkan keluhan yang hanya berani disampaikan di ujung mulut tanpa berani membuka lebar mulut mereka untuk mengajukan protes.Itulah yang kami rasakan,setiap hari harus kenyang dengan bentakan-bentakan dan pelatihan fisik yang diberikan pelatih, semata2 bukan untuk menyiksa kami namun pastinya untuk membentuk sikap mental yang kuat dan rasa kebangsaan yang tinggi untuk berjuang melawan kebodohan di NKRI
Terimakasih para pelatih dan pengasuh,12 hari kami hidup dibawah asuhan kalian, kami tidak akan berhenti setelah ini, kami akan tetap belajar disiplin,menghargai waktu,cekatan,tanggap dan mencintai tanah air kami
Pengalaman sekali seumur hidup kami yang tidak akan pernah bisa dilupakan, kekeluargaan, jiwa korsa,dan menghargai waktu.

-bumi maguwo, 25Agustus 2014-
Special thanks untuk keluarga besar AAU Yogyakarta

Followers