"Tok
tok tok, bangun sudah jam 03.30" terdengar ketukan dari arah luar. Dengan
tergesa-gesa akupun bangun dan membukanya, ternyata salah satu teman kami yang
menjalankan piket pagi sedang menjalankan tugasnya membangunkan kami di kamar
mess. Kulihat 3 orang temanku masih lelap menikmati lelap malam dan rasa letih
karena seharian kemarin harus berkegiatan berat di Akademi Angkatan Udara
(AAU). Yah sudah satu malam kami lewati, kegiatan yang diawali jam 04.30 sampai
23.00 tentu membuat kami pemuda pemudi malas yang selalu bangun siang merasa
sangat sulit menahan kantuk dan malas.
Sesegera
mungkin aku membangunkan ketiga teman satu kamarku, kemudian aku mulai bersih
diri di kamar mandi. Ketiga temanku bergantian untuk sholat subuh, aku yang
tidak menjalankan biasanya akan mandi paling awal supaya mereka bisa wudhu.
Teriakan
dari luar terdengar di pagi yang gelap itu, dimana langit masih menggantungkan
bulan dan bintang-bintangnya.Kami harus segera berbaris, mengenakan kaos
olahraga,celana training dan sepatu olahraga. Pagi jam 04.30 kami sudah
berjajar rapi membentuk kompi masing-masing,dan siap berjalan menuju Gor yang
terdapat kurang lebih 500m dari mess kami. Setiap langkah kami harus
seragam,setiap nyanyian kami harus serentak. Dengan mata yang kantuk-kantuk
kami berusaha menyesuaikan diri, mengikuti arahan dari pelatih untuk menjadi
baik tentunya. Pelatih mulai memberikan arahan untuk melakukan stretching
dilanjutkan dengan sikap push up dan sit up. Banyak dari kami yang mengeluh
kesakitan setelah melakukannya, maklum kami sudah terlalu lama berada di
tumpukan kasur kenyamanan.Setelah stretching kami pun diminta untuk berlari
mengitari Gor sebanyak 2kali putaran untuk putri dan 4kali putaran untuk putra.
Terdengar di ujung barisan suara batuk-batuk dari beberapa teman, ada yang
memisahkan diri,ada yang berjalan, macam-macam. Memang kegiatana berlari kecil
dengan tempo yang sama dan bernyanyi untuk penyemangat sama sekali belum pernah
kami lakukan jika dirumah,hanya disini kami merasakan kebersamaan bukan hanya
dari "bersama" dalam fisik namun bersama dalam gerak dan bersama
dalam sepenanggungan. Selesai olahraga pagi,pelatih memberi arahan untuk
melaksanakan bersih diri 5menit, kemudian jam 06.00 semua sudah berbaris rapi
menuju tempat makan.
Mendengar
kata makan, rasa mual,tidak enak,dan takut menghampiri beberapa dari kami,
mengingat porsi kemarin malam yang membuat kami shock. Sebuah trauma kalau bisa
dikatakan, karena malam itu kami melihat nasi yang segunung, dengan waktu 5
menit ompreng kami harus bersih. Pagi ini kembali lagi kami harus menghadapi
ompreng, pagi-pagi dimana biasanya kami masih menarik selimut dan bermain di
alam mimpi. Sungguh kami mulai merasakan cemas, dan takut bila nanti ompreng
kami tidak habis. Tiba saatnya satu persatu dari kami masuk kedalam tenda yang
sengaja dibuat untuk meletakkan ompreng yang sudah berisi nasi dan lauk di meja
besar, kemudian di ujung sudah menunggu bapak-bapak juru masak yang membagikan
sayur kuah dengan menggunakan gayung.Seperti di penjara rasanya, hak kami dibatasi,makan
kami pun tidak boleh memilih, supaya semua sama rata. Seperti biasa,kami mulai
berjalan setelah mendapat makan,dan duduk di meja-meja kosong, memenuhi setiap
meja dari ujung belakang,sampai ujung depan. Sebelum makan, salah satu dari
kami harus memimpin doa dan laporan kepada komandan bahwa kami siap melakukan
makan pagi.Masih sangat melekat tata cara sebelum makan ompreng itu,tidak ada
yang saling mendahului makan, dan kami juga harus selesai makan bersama.
Setelah diistirahatkan, kami semua serentak menyahut "selamat makan!"
Dan langsung menyerbu isi ompreng, melahapnya dengan satu kali kunyah kemudian
langsung telan, terdengar omelan dari pelatih untuk teman-teman kami yang
lamban, sambil menghitung menit demi menit pelatih membentak-bentak dan
memarahi beberapa teman kami. Kami paling ingat,teman kami yang memiliki
kesulitan untuk makan cepat dan banyak bernama Istiqomah, setiap harinya jadi
bulan-bulannan pelatih setiap kali akan makan, kemudian teman kami Alaik yang
memiliki sebutan "cungkring" dan "si lambung kecil" karena
memang postur tubuhnya yang sangat kurus. Pelatih begitu keras mengajari kami
supaya menghabiskan makanan,dan tidak menyia-nyiakannya,kalau ada yang tidak
habis,teman satu meja harus bersama menghabiskan. Selama 2hari itu tak ku
rasakan nikmatnya makan, yang ada hanya rasa begah dan sakit di
perut.Memaksakan semua makanan porsi besar itu masuk,namun kami terus bertahan.
Kami diingatkan akan sulitnya kami nanti di daerah penempatan untuk makan
nasi.Di sini kami diberi makanan sehat dan harus disyukuri. Semua siswa yang
ada di sini harus perbaikan gizi dan harus tambah berat badan karena kegiatan
kami banyak sehingga membutuhkan asupan yang banyak. Memang benar kata pelatih,
kalau kami makan hanya sedikit,mungkin kami sudah tumbang di tengah jalan
disaat kami menjalani kegiatan.
Dari
kegiatan rutin subuh sampai menjelang tengah malam di komplek AAU ini kami bisa
menikmati banyak hal yang belum pernah atau jarang kami lihat dan rasakan. Hal
yang peling sederhana adalah melihat matahari pagi di ufuk timur,yang perlahan
membuka langit gelap memancarkan semburat warna jingga yang indah, kami jarang
atau bahkan tidak pernah menikmati munculnya matahari pagi itu, yang kami tau
biasanya matahari sudah berada tepat diatas kepala kami. Hal yang sederhana,
namun kami bisa bersyukur masih diberi kesempatan melihat matahari pagi di
Indonesia, di tanah ibu pertiwi ini, membawa kami menuju semangat menjalani
serangkaian hari.
-kampung
sebelah, 27Agustus 2014-
Catatan
selagi ingat
No comments:
Post a Comment